Solusio plasenta
A.
Defenisi
Istilah lain dari
solusio plasenta adalah ablation plasentae,abruption plasentae,accidental
haemorrhage dan premature separation of the normally implanted plasenta.
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta
yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya
dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
B. Klasifikasi
·
Menurut derajat lepasnya plasenta:
1.
Solusio plasenta parsialis
Bila hanya sebagian
saja plsenta terlepas dari tempat perlekatannya.
2. Solusio plasenta
totalis (komplet)
Bila seluruh plasenta sudah terlepas
dari tempat perlekatannya.
3. Kadang-kadang
plasenta ini turun kebawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam,disebut
prolapsus plasenta
·
menurut tingkat gejala klinik menjadi ringan, sedang, dan berat.
·
menurut penyebabnya:
1. Non toksik:
Biasanya ringan dan terjadinya sewaktu partus
2. Toksik:
Lebih parah, terjadinya biasanya pada kehamilan trimester ketiga, dan
disertai kelainan-kelainan organik.
C.
Etiologi
Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum
diketahui, hanya para ahli mengemukakan teori:
Akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme
dari arteri yang menuju keruangan interviler, maka terjadilah anoksemia dari
jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrotis, spasme hilang dan
darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah distal tadi
sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi hematoma yang
lambat laut melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul di belakang
plasenta disebut hematoma
retoplasenter.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi antara lain:
1)
factor vaskuler (80-90 %), yaitu toksemia gravidarum,
glomerulonefritis kronika, dan hipertensi esensial.
Karena desakan darah tinggi, maka
pembuluh darah mudah pecah, kemudian terjadi haematom retroplasenter dan
plasenta sebagian terlepas.
2)
Faktor trauma:
o Pengecilan yang
tiba-tiba dari uterus pada hidramnion dan gemeli.
o Tarikkan pada tali
pusat yang pendekakibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar, atau
pertolongan persalinan.
3)
Faktor paritas.
Lebih banyak dijumpai pada milti dari pada primi. Holmer
mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 milti dan 18 primi.
4)
Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada
vena cava inferior, dan lain-lain.
5) Trauma langsung
seperti jatuh, kena tendangan dan lain-lain.
D. Gejala-gejala
Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his
·
Anemia dan shock : beratnya
anemia dan shock sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
·
Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim
teregang (uterus en bois)
·
Palpasi sukar karena rahim keras
·
Fundus uteri makin lama makin naik
·
Bunyi jantung biasanya tidak ada
·
Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena
isi rahim bertambah)
·
Sering ada proteinuria karena disertai toxemia
·
Diagnosis didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang
bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya
impresi (cekungan) pada permukaan maternal placenta akibat tekanan haematoma
retroplacentair
·
Perdarahan dan shock diobati dengan pengosongan rahim segera
mungkin hingga dengan kontraksi dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti.
Persalinan dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan
oxytocin.
Jadi pada solusio plasenta pemecahan
ketuban tidak dimaksudkan untuk hentikan perdarahan dengan segera seperti pada
placenta previa tapi untuk mempercepat persalinan dengan pemecahan ketuban
regangan dinding rahim berkurang dan kontraksi rahim menjadi lebih baik,
disamping tindakan tersebut transfusi sangat penting (Winkjosastro, 2005).
E.
Manifestasi Klinis
ü Gejala Utama
Perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dengan uterus yang
terasa nyeri dan tegang.
ü Gambaran klinik
Perdarahan yang timbul akibat solusio plasenta lebih sering
terjadi pada triwula ketiga kehamilan. Penampilan
klinik solusio plasenta dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
·
Solusio plasenta ringan:
ari-ari terlepas
sebagian kecil. Ditunjukkan dengan gejala perut sedikit nyeri, rahim mulai
menegang dan keluar darah agak kehitaman
·
Solusio plasenta sedang:
seperempat bagian
ari-ari telah terlepas. Perut akan nyeri, rahim tak berhenti menegang dan
pendarahan dari vagina. Mungkin darahnya tidak banyak tapi sebenarnya
pendarahan hebat terjadi di dalam tubuh sekitar 1.000 ml. Ibu hamil akan syok
kehilangan kesadaran serta kemungkinan janin meninggal. Jika janin masih hidup,
kondisinya sudah gawat.
·
Solusio plasenta :
berat lebih dari
duapertiga bagian ari-ari telah terlepas. Perut akan sangat tegang dan sangat
nyeri. Ibu hamil syok dan janin sudah meninggal. Pendarahan kemungkinan tidak
sampai keluar karena sudah terjadi pembekuan darah di dalam tubuh.
Solusio plasenta yang ringan, pada umumnya tidak menunjukkan
gejala klinis yang jelas, perdarahan antepartum hanya sedikit, dalam hal ini
diagnosis baru kita tegakkan setelah anak lahir. Pada plasenta kita dapat
koagulum-koagulum darah dan krater.
Pada
keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis berdasarkan:
a.
Anamnesis
o Perasaan sakit yang
tiba-tiba di perut; kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang
paling sekit, dimana plasenta terlepas.
o Perdarahan pervaginam
yang bersifat bisa hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari
darah segar dan bekuan-bekuandarah.
o Pergerakan anak mulai
hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
o Kepala terasa pusing,
lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis tidak
sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
o Kadang-kadang ibu dapat
menceritakan trauma dan dan faktor kausal yang lain.
b. Inspeksi
o Pasien gelisah, sering mengerang karena
kesakitan .
o Pucat, sianosis, keringat
dingin.
o Kelihatan darah keluar
pervaginam
c. Palpasi
o Fundus uteri tambah naik
karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
o Uterus teraba tegang dank
eras seperti papan yang disebut uterus in bois (woodenuterus) baik waktu
his maupun diluar his.
o Nyeri tekan terutama di
tempat plasenta tadi terlepas.
·
Bagian-bagian
janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
d. Auskultasi
Sulit karena uterus tagang. Bila denyut jantung janin
terdengar biasanya diatas 140, kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang
bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
e.
Pemeriksaan dalam
o Serviks bisa telah
terbuka atau masih tertutup.
o Kalau sudah terbuka maka
ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun diluar his.
o Kalau ketuban sudah pecah
dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun kebawah dan
teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan
dengan plasenta previa.
f. Pemeriksaan umum
o Tensi semula mungkin
tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun
turun dan pasien jatuh syok.
o Nadi cepat, kecil, dan
filiformis.
g. Pemeriksaan
laboratorium
o Urin
Albumin
(+); pada pemeriksaan sediment terdapat silinder dan lekosit.
o Darah
Hb
menurun (anemia), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test.
Karena
pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah atau
hipofibrionogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap
1 jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif
fibrinogen (kadar normalnya 150 mg%)
h.
Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanys.
Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan
terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta, yang disebut hematoma
retroplasenter.
F.
Perdarahan pada Solusio Plasenta
Perdarahan pada solusio plasenta bisa mengakibatkan darah
hanya ada di belakang plasenta (hematoma retroplasenter); darah tinggal
saja didalam rahim yang disebut internal haemorrhage (concealed
haemorrhage); masuk merembes ke dalam amnion; atau keluar melalui vagina
(antara) selaput ketuban dengan dinding uterus), yang disebut external
haemorrhage (revealed haemorrhage).
Jika solusio plasenta lebih berat dapat terjadi couvelair
uterus (apopleksi uteroplasenter). Dalam hal ini darah merembes memasuki
otot-otot rahim sampai kenawah serosa, bahkan kadang-kadang sampai ke
ligamentum latum dan melalui tuba masuk kerongga panggul. Uterus kelihatan
lebih besar, dinding uterus penuh dengan bintik-bintik merah hematoma dari
kecil sampai besar.
Ada
2 bentuk Couvelair Uterus, yaitu:
a.
Couvelair Uterus dengan kontraksi uterus baik.
b.
Couvelair Uterus dengan kontraksi uterus jelek, sehingga terjadi perdarahan
postpartum.
Couvelair Uterus terjadi karena berbagai teori, antara
lain vasospasme, perubahan-perubahan toksik, adanya hematoma retroplasenter
yang hebat, uterus yang terlalu regang atau a/hipofibrinogenemia. Hal-hal
tersebut menyebabkan pembuluh darah dinding uturus pecah.
G.
Diagnosis Banding
·
Solusio plasenta
·
Plasenta previa
·
Rupture uteri
H.
Komplikasi
a) Langsung
(immediate)
·
Perdarahan
·
Infeksi
·
Emboli dan Syok obstetric
b) Komplikasi tidak
langsung (delayed)
·
Couvelair uterus, sehingga kontraksi tak baik, menyebabkan
perdarahan postpartum
·
a/hipo-fibrinogenemia dengan perdarahan postpartum
·
nekrosis korteks renalis, menyababkan anuria dan uremia
·
kerusakan-kerusakan argan seperti hati, hipofisis dan
lain-lain.
I.
Terapi
Atasi syok
Atasi syok
-
Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml
dala 15 menit pertama dan 3 l dalam 2 jam pertama
-
Berikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor
pembekuan akibat koagulatif
-
Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut
Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan eksresi sistem urinaria, tetepai bila syok terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produkdi urin < 30 ml/jam) pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setelah restorasi cairan dilakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut dengan : Furosemida 40 mg dalam 1 liter krostoloid dengan 40-60 tetes/menit Bila belum berhasil gunakan manital 500 ml dan 40 tetes/menit Atasi hipofibrigonemia Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi pembekuan darah (penilaian tidak langsung kadar ambang fibrinogen)). Carananya sebagai berikut : Ambil darah vena 2 ml masukkan dalam tabung kemudian diobservasi Gangguan bagian tabung yang berisi darah Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapiran koagulasi dipermukaan, lakukan hal yang sama tiap menit Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkiran titer fibrinogen dianggap di bawah nilai normal (kritis) Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini juga menunjukan kadar fibrinogen di bawah ambang normal. Bila darah segera tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar (15 ml/kg BB) Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipatat fibrinogen Pemberian fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi desminato intravaskuler yang berlanjut yang berlanjut dengan pengedapan fibrin, pengendapan fibrin, pembendugan mikrosirkulasi di dalam, di dalam organ-organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis hipofisis dan otak. Bila perdarahan masih berlangsung (koagulatif) dan trombosit di bawah 20.000 berikan konsetra trombosit. Hypofibrinogenemia : coagulopathi ialah kelainan pembekuan darah : dalam ilmu kebidanan paling sering disebabkan oleh solusio plasenta, tapi juga dijumpai pada emboli air ketuban, kematian janin dalam rahim dan perdarahan postpartum. Kadar fibrinogen pada wanita yang hamil biasanya antara 300-700 mg dalam 100 cc. bila kadar fibrinogen dalam darah turun di bawah 100 mg per 100 cc terjadilah gangguan pembekuan darah. Terjadinya hipofibrinogenemia : Fase I : pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, vena terjadi pembekuan darah disebut disseminated intravaskuler clotting, akibatnya ialah bahwa peredaran darah kapiler (microcirculasi) terganggu. Jadi pada fase I turunya kadar fibrinogen disebabkan karena pemakaian zat tersebut. Maka fase I disebut juga coagulopatihi consumtif. Diduga bahwa hematom retroplacentair mengeluarkan thtomboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut. Akibat gangguan mikrocirculasi terjadi kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoxia, kerusakan ginjal menyebabkan oliguri/anuri, akibat gangguan mocrocirculsi ialah shock Fase II : fase regulasi reparatif ialah usaha badan untuk membuka kembali perdarahan. Darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan fibrinolyse. Fibrinolyse yang berlebihan lebih lagi menurunkan kadar fibrinogen hingga terjadi perdarahan patologis Penentuan hypofibrinogenaemi Penentuan fibrinogen secara laboratoris memakan waktu yang lama maka untuk keadaan akut baik dilakukan clot obsevation test. Beberapa CC darah dimasukkan dalam tabung reagens. Darah yang normal membeku dalam 6-15 menit. Jika darah membeku cair lagi dalam 1 jam maka ada aktivitas fibrinolyse (Winkjosastro, 2005). Patofisiologi Terjadinya solusio placenta dipicu oleh perdarahan ke dalam disidua basalis, yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada meometrium sehingga terbentuk hematoma disidual yang menyebabkan perlepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran placenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis disidua menyebabkan hematoma retroplacenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan placenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban (Mansjoer, 2001). Pengobatan Umum Pemberian darah yang cukup Pemberian O2 Pemberian antibiotica Pada shock yang berat diberi kortikasteroid dalam dosis tinggi Khusus Teraphy hypoibrinogenemi Subtitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol (proteinase inhibitor) 200.000 s IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus Untuk merangsang diurese : mannit/mannitol Deurese yang baik lebih dari 30-40 cc/jam Obstetris Pimpinan persalinan pada solusio placenta bertujuan untuk mempercepat persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3-6 jam. Alasannya adalah : Bagian placenta yang terlepas meluas Perdarahan bertambah Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah Tujuan ini dicapai dengan : Pemecahan ketuban : pada solusio placenta tidak bermaksud untuk menghentikan perdarahan dengan segera tetapi untuk mengurangi regangan dinding rahim dan dengan demikian mempercepat persalinan Pemberian infus pitocin ialah 5 c dalam 500 cc glucase 5% SC dilakukan : Kalau cerviks panjang dan tertutup Kalalu setelah pemecahan ketuban dan pemberian oxytocin dalam 2 jam belum pecah juga ada his Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim. (Manuaba, 1999) Seksio Sesaria Seksio sesaria dilakukan apabila : Janin hidup dam pembekuan belum lengkap Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera Janin mati pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat Persiapan untuk sesaria cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan. Hematoma meometrium tidak mengganggu kontraksi uterus Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulang (koagulopatti) (Manuaba, 1999) Partus Pervaginam Partus pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembekuan lengkap, dan bagian terendah didasari panggul Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm.
Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan eksresi sistem urinaria, tetepai bila syok terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produkdi urin < 30 ml/jam) pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setelah restorasi cairan dilakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut dengan : Furosemida 40 mg dalam 1 liter krostoloid dengan 40-60 tetes/menit Bila belum berhasil gunakan manital 500 ml dan 40 tetes/menit Atasi hipofibrigonemia Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi pembekuan darah (penilaian tidak langsung kadar ambang fibrinogen)). Carananya sebagai berikut : Ambil darah vena 2 ml masukkan dalam tabung kemudian diobservasi Gangguan bagian tabung yang berisi darah Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapiran koagulasi dipermukaan, lakukan hal yang sama tiap menit Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkiran titer fibrinogen dianggap di bawah nilai normal (kritis) Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini juga menunjukan kadar fibrinogen di bawah ambang normal. Bila darah segera tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar (15 ml/kg BB) Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipatat fibrinogen Pemberian fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi desminato intravaskuler yang berlanjut yang berlanjut dengan pengedapan fibrin, pengendapan fibrin, pembendugan mikrosirkulasi di dalam, di dalam organ-organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis hipofisis dan otak. Bila perdarahan masih berlangsung (koagulatif) dan trombosit di bawah 20.000 berikan konsetra trombosit. Hypofibrinogenemia : coagulopathi ialah kelainan pembekuan darah : dalam ilmu kebidanan paling sering disebabkan oleh solusio plasenta, tapi juga dijumpai pada emboli air ketuban, kematian janin dalam rahim dan perdarahan postpartum. Kadar fibrinogen pada wanita yang hamil biasanya antara 300-700 mg dalam 100 cc. bila kadar fibrinogen dalam darah turun di bawah 100 mg per 100 cc terjadilah gangguan pembekuan darah. Terjadinya hipofibrinogenemia : Fase I : pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, vena terjadi pembekuan darah disebut disseminated intravaskuler clotting, akibatnya ialah bahwa peredaran darah kapiler (microcirculasi) terganggu. Jadi pada fase I turunya kadar fibrinogen disebabkan karena pemakaian zat tersebut. Maka fase I disebut juga coagulopatihi consumtif. Diduga bahwa hematom retroplacentair mengeluarkan thtomboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut. Akibat gangguan mikrocirculasi terjadi kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoxia, kerusakan ginjal menyebabkan oliguri/anuri, akibat gangguan mocrocirculsi ialah shock Fase II : fase regulasi reparatif ialah usaha badan untuk membuka kembali perdarahan. Darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan fibrinolyse. Fibrinolyse yang berlebihan lebih lagi menurunkan kadar fibrinogen hingga terjadi perdarahan patologis Penentuan hypofibrinogenaemi Penentuan fibrinogen secara laboratoris memakan waktu yang lama maka untuk keadaan akut baik dilakukan clot obsevation test. Beberapa CC darah dimasukkan dalam tabung reagens. Darah yang normal membeku dalam 6-15 menit. Jika darah membeku cair lagi dalam 1 jam maka ada aktivitas fibrinolyse (Winkjosastro, 2005). Patofisiologi Terjadinya solusio placenta dipicu oleh perdarahan ke dalam disidua basalis, yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada meometrium sehingga terbentuk hematoma disidual yang menyebabkan perlepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran placenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis disidua menyebabkan hematoma retroplacenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan placenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban (Mansjoer, 2001). Pengobatan Umum Pemberian darah yang cukup Pemberian O2 Pemberian antibiotica Pada shock yang berat diberi kortikasteroid dalam dosis tinggi Khusus Teraphy hypoibrinogenemi Subtitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol (proteinase inhibitor) 200.000 s IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus Untuk merangsang diurese : mannit/mannitol Deurese yang baik lebih dari 30-40 cc/jam Obstetris Pimpinan persalinan pada solusio placenta bertujuan untuk mempercepat persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3-6 jam. Alasannya adalah : Bagian placenta yang terlepas meluas Perdarahan bertambah Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah Tujuan ini dicapai dengan : Pemecahan ketuban : pada solusio placenta tidak bermaksud untuk menghentikan perdarahan dengan segera tetapi untuk mengurangi regangan dinding rahim dan dengan demikian mempercepat persalinan Pemberian infus pitocin ialah 5 c dalam 500 cc glucase 5% SC dilakukan : Kalau cerviks panjang dan tertutup Kalalu setelah pemecahan ketuban dan pemberian oxytocin dalam 2 jam belum pecah juga ada his Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim. (Manuaba, 1999) Seksio Sesaria Seksio sesaria dilakukan apabila : Janin hidup dam pembekuan belum lengkap Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera Janin mati pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat Persiapan untuk sesaria cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan. Hematoma meometrium tidak mengganggu kontraksi uterus Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulang (koagulopatti) (Manuaba, 1999) Partus Pervaginam Partus pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembekuan lengkap, dan bagian terendah didasari panggul Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm.
Pada kasus pertama, amniotomii (bila ketuban belum pecah),
kemudian percepat kala II dengan ekstraksi forceps (vakum)
Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum
pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dla dekstore 5% atau RL,
tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.
Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik
dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan batu
terjadi dalam 2-4 hari kemudian).(Manuaba, 1999)
BAB III
KONSEP MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen
terdiri dari tujuh langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari
pengumpulan data dasar yang berakhr dengan evaluasi. Kutujuh langkah tersebut
membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam semua situasi. Akan
tetapi, setiap langkah-langkah dapat dipecah menjadi langkah-langkah tertentu
dan bias berubah sesuai dengan bagaimana keadaan pasien.
Tetapi disini hanya lima langkah saja yang akan di bahas
yaitu dari pengumpulan data sampai pada Perencanaan asuhan.
Pembahasan dari kelima langkah tersebut adalah :
A.
Langkah I
(Pengkajian)
1.
DATA SUBJEKTIF
1) Biodata atau identitas
pasien:
a)
Istri
§
Nama
Perlu
ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
§
Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap
permasalahan kesehatan pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat,
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
§
Alamat
Ditanyakan
untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan
diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal
pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi
keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan
petunjuk saat kunjungan rumah.
§
Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan
pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan
mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap
akan berpengaruh pada janin.
§
Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
§
Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
§
Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan
ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
§
Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien,
akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.
b)
Suami
§
Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada
kesamaan nama dengan klien.
§
Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh
umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.
§
Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah
hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan tujuan untuk memudahkan
menghubungi suami pasien/klien.
§
Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh pekerjaan suami terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan
mengetahui pekerjaan suami pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf
hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah
pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang
dihisap akan berpengaruh pada janin.
§
Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya
agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
§
Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya. Tingkat pendidikan suami juga mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seorang istri.
§
Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila
diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
§
Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya
suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
2)
Riwayat pasien
a)
Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang
mendorong pasien datang kepada bidan. Untuk mengetahui keluhan utama tersebut
pertanyaan yang diajukan oleh bidan adalah sebagai berikut: “Apa yang ibu
rasakan, sehingga ibu datang kemari?”
b)
Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan
dasar dari organ reproduksi pasien/klien.
c)
Menarche
Untuk mengethui usia pertama kalinya
mengalami menstruasi.
d)
Siklus Menstruasi
Untuk mengetahui jarak antara menstruasi
yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya
sekitar 23 sampai 32 hari.
e)
Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data
yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria banyak, sedang, sedikit.
Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita
dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya
sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
f)
Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala
sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Keluhan yang disampaikan oleh
pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
g)
Menstruasi yang Terakhir
Untuk mengetahui prediksi waktu mengenai
kapan menstruasi yang akan datang.
h)
Dismenorhea
Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri
atau sulit. Dismenorhea ditandai oleh nyeri mirip kram yang terasa pada abdomen
bagian bawah dan kadang-kadang oleh sakit kepala, keadaan mudah tersinggung,
depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah.
i)
Keteraturan Menstruasi
Untuk mengetahui jarak normal keteraturan
menstruasi biasanya 23 sampai 32 hari. Apabila terjadi ketidak teraturan
menstruasi pada pasien dapat segera dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
factor-faktor penyebabnya.
j). Fluor
albus
Untuk mengetahui pada umumnya adanya cairan
di dalam vagina bertambah dalam kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan
sering menimbulkan keluhan. Ganococcus menyebabkan flour seperti nanah,
Trichomonasvaginalis menyebabkan flour yang putih berbau, sedangkan candida
albicans menyebabkan flour dengan gumpalan putih atau kuning dan menyebabkan
gatal yang sangat.
k) Gangguan
sewaktu Menstruasi
Untuk mengetahui gangguan apa saja yang
dirasakan ketika mengalami menstruasi,misalnya nyeri hebat,sakit kepala sampai
pingsan, atau keadaan mudak tersinggung (emosional meningkat). Gangguan yang
dialami pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
3) Riwayat perkawinan
Perlu ditanyakan untuk mengetahui
pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.
Berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu menentukan bagaimana
keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu
besar sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak
mahal).
Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien
mengenai riwayat perkawinannya adalah :
1.
Kawin : …………………..kali
2.
Usia Kawin Pertama ………………………tahun
3.
Status Perkawinan
4.
Lama Pernikahan
4)
Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah
persalinan kehamilan dan nifas yang lalu. Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa
persalinan dan persiapan persalinan yang lampau adalah hasil ujian-ujian dari
segala faktor yang mempengaruhi persalinan. Mencakup :
§ Jumlah Kehamilan
dan kelahiran: G (gravida), P (para), A (abortus), H (hidup)
Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat
kehamilan dan kelahiran pasien.
§ Golongan Darah
Data ini menjelaskan golongan darah pasien,
hal ini dilakukan untuk sumber informasi jika ketika kehamilan atau persalinan
mengalami pendarahan penanganan penggantian darah yang keluar melalui transfusi
darah lebih cepat dilakukan.
§ Riwayat persalinan
Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat
melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan. Dengan mengetahui riwayat
persalinan, melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil saat
persalinan sekarang dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
Jika persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio saesaria,
solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada
persalinan sekarang.
§ Masalah atau
gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
Untuk mengetahui masalah atau gangguan
kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, jika terdapat penyulit
diupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
5)
Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa
nifas yang lalu (perdarahan, feloris).
6)
Riwayat kelahiran anak
a)
Berat bayi sewaktu Lahir
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat
atau mengalami trauma lahir dimana hal ini terjadi karena trauma pada bayi
akibat tekanan mekanik (seperti kompresi dan traksi) selama preses persalianan.
Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi lebih dari 4.500 gram.
b)
Kelainan Bawaan Bayi
Untuk dapat segera melakukan tindakan
preventif pada bayi agar tidak memperparah kondisi.
c)
Jenis Kelamin Bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai
dokumentasi.
d)
Status Bayi yang Dilahirkan: hidup atau mati
Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya
sekarang,
Bila meninggal, apa penyebab kematiannya.
7)
Riwayat Ginekologi
Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk
tentang organ reproduksi pasien. Mencakup: infertilitas, penyakit kelamin,
tumor atau kanker sistem reproduksi, operasi ginekologi. Jika didapatkan adanya
salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat reproduksi, maka harus
waspada akan adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat reproduksi pada masa
postpartum.
8)
Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ada efek samping setelah penggunaan
kontrasepsi, lamanya menggunakan alat kontrasepsi, alasan pemakaian serta
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi), serta keluhan selama
memakai alat kontrasepsi.
9)
Riwayat kehamilan sekarang
Mencakup waktu mendapat haid terakhir, siklus haid,
perdarahan pervaginam, fluor, mual/muntah, masalah kelainan pada kehamilan
sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu. Anamnesa haid serta siklusnya dapat
diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau perkembangan kehamilannya
serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera adanya kelainan /
masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.
10)
Riwayat penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita
pasien/klien. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat
terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
(Depkes RI, 1993:65), misal:
a)
Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan
pimpinan persalinan dan kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.
b)
Ibu hamil dengan riwayat penyakit TBC akut kemungkinan bisa
menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular pada bayi.
c)
Ibu dengan riwayat DM mempunyai pengaruh terhadap
persalinannya dan bayi bisa cacat bawaan, janin besar.
d)
Ibu menderita hepatitis kemungkinan besar bayi akan tertular
melalui ASI. (Sarwono, 1999:401)
11)
Gambaran penyakit yang lalu
Setelah mengetahui riwayat penyakit
pasien/klien, bidan perlu mengetahui gambaran mengenai riwayat penyakit
pasien/klien, misal apakah penyakit tersebut parah/tidak, apakah sudah
dilakukan tindakan pada penyakit tersebut, dll. Informasi ini penting untuk
melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan
pencegahan dan penanggulangannya.
12)
Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan ibu
dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan mencakup penyakit kanker,
jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, kelainan dibawa lahir, kehamilan
kembar atau lebih, TBC, epilepsy, penyakit darah, alergi, penyakit yang
menyebabkan kematian bagi bapak atau ibu yang telah meninggal.
13)
Keadaan sosial budaya, ekonomi, dan budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien
atau klien perlu ditanyakan antara lain :
·
Jumlah anggota keluarga
·
Dukungan materiil dan moril yang didapat dari keluarga.
·
Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
·
Kebiasaan yang merugikan kesehatan.
14)
Riwayat spiritual
Kemungkinan pasien melakukan ibadah agama
dan kepercayaannya dengan baik dan memudahkan kita dalam memberikan asuhan yang
sesuai dengan kepercayaan klien.
15)
Riwayat pikologis
Kemungkinan adanya tanggapan klien dan
keluarga yang baik terhadap kehamilan dan persalinan yang ini. Keungkinan
pasien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini. Atau
kemungkina klien cemas, takut dan gelisah dengan kehamilan ini.
16)
Kebutuhan dasar
Kemungkinan pemenuhan kebuuhan bio-psiko
yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktifitas sehari-hari,
istirahat, personan hygiene, dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi
esehatan saat hamil dan bersalin.
2.
DATA OBJEKTIF
Data
dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a)
Pemeriksaan umum
Secara teoritis kemungkinan di temukan
gambaran keadaan umum pasien baik, yang mencakup kesadaran, tekanan darah,
nadi, nafas, suhu, tinggi badan dan keadaan umum.
b)
Pemeriksaan khusus
1)
Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat/memandang dari kepala sampai ujung kaki.
Yang dinilai ialah kemungkinan bentuk tubuh yang normal,
kebersihan kulit, rambut, muka, conjunctiva, skelera, hidung dan telinga,
mulut, apakah ada caries dentis, stomatitis, karang gigi, leher apakah ada
pembesaran kelenjar gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan
putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar
sesuai dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah
bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Anus apakah
ada haemorhoid, extremitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
2)
Secara palpasi, yaitu pemeriksaan yangdilihat dengan cara
meraba.
Dengan cara menggunakan cara Leopold,
kemungkinan yang ditemukan ialah :
Leopold I :
tinggi fundu uteri dalam cm, pada fundus kemungkinan teraba bagian kepala, bokong atau lainnya.
Leopold II :pada
dinding perut sebelah kanan atau kiri ibu kemungkinan teraba punggung, anggota
gerak atau bokong, kepala.
Leopold III :teraba bagian bokong, kepala
atau lainnya
Leopold IV :bagian terbawah janin
belum masuk PAP, karena terhambat oleh placenta yang letaknya di segmen bawah
rahim.
3)
Secara auskultasi
Kemungkinan dapat terdengar bunyi jantng
janin, frekuensinya, teratur atau tidak dan posisi puctum maksimum.
4)
Secara perkusi
Kemungkinan refleks patella kiri dan kanan
positif.
5)
Pemeriksaan ukuran panggul
Kemungkinan normal dengan pengukuran jangka
panggul.
6)
Pemeriksaan tafiran berat badan janin (TBJ)
Kemungkinan berat janin normal, dengan
menggunakan rumus:
(TFU dlm cm – 13) x 155
Kemudian ditambah 375 untuk lingkaran
abdomen yang lebih dari 100cm.
3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)
Laboratorium
Darah :Hb,
Haematokrit, golongan darah, kadar estriol.
Urine :kemungkinan
ditemui protein aceton, dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.
b)
USG
Kemungkinan keadaan janin
hidup dan dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan kesejahteraan janin.
c)
Pemeriksaan CTG (kardiografi)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau
detak jantung janin, hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari
klasifikasi dan cepatnya plasenta terlepas sehingga dapat mempengaruhi
sirkulasi retroplasenter yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi
dari pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
B.
Langkah II
(Interpretasi Data Dasar)
Pada
langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosadan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.
Berdasarkan
kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah ;
a.
Diagnosa Kebidanan
Kehamilan dengan solusio plasenta, G…, P…, A…, H….
Dasar :
1.
Nyeri tekanan uterus dan tegang
2.
Leopold I : T Fut, TBBJ
3.
Leopold II : Puki, Puka atau lainnya (letak sungsang atau
letak lintang)
4.
Leopold III: bisa kepala, bokong, letak
lintang ataupun letak sungsang
5.
Leopold IV: Bagian terbawah janin belum masuk PAP
6.
DJJ : kadang tidak terdengar (sulit dinilai)
7.
Ibu mengatakan hamil anak...
8.
bagian-bagian janin sukar dinilai
9.
tidak ada air ketuban berwarna kemerahan karena bercampur
darah jika ada pengeluaran pervaginam
b.
Masalah
Masalah yang kemungkinan timbul adalah kecemasan dan gangguan
sehubungan dengan terjadinya gangguan rasa nyaman.
Dasar : Ibu
mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan tegang
c.
Kebutuhan
1)
Penyuluhan tentang istirahat ibu
Dasar : dari TTV dan
KU ibu
2)
Dukungan psikologi
Dasar :
karena ibu mengatakan cemas
3)
Kebersihan vulva
Dasar : pencegahan
infeksi dan rasa nyaman
4)
Hidrasi
Dasar : kebutuhan
cairan dan nutrisi sangat penting apalagi jika ibu anemia
5)
Rasa nyaman
Dasar : karena Ibu
mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan tegang.
6)
Penyululuhan tentang resiko persalinan
Dasar : karena agar
ibu lebih mempersiapkan persalinannnya.
7)
Ajarkan ibu posisi yang benar pada ibu hamil
Dasar : berhubungan
dengan rasa nyaman.
C.
Langkah III (
Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial)
Kemungkinan
diagnosa atau masalah potensial yang timbul :
1.
Potensial terjadi gawat janin
Dasar : karena plasenta yang lepas sebelum waktunya,
karena terputusnya hubungan antara janin dan ibu sehingga dapat mempengaruhi
nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
2.
Potensial terjadi hipoksia pada janin
Dasar : karena terputunya hubungan antara janin dan ibu
sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
D.
Langkah IV
(Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penangan Segera)
Kemungkinan
tindakan segera pada kasus kehamilan/persalinan dengan solusio plasenta antara
lain :
1.
Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika
terjadi komplikasi yang lebih hebat
E.
Langkah V
(Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh)
Langkah
ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan
atau merupakan lanjutan dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka
pedoman tentang apa yang akan terjadi berikutnya, penyuluhan, konseling dan
rujukan untuk masalah sosial, ekonomi, kultural, atau masalah psikologis bila
diperlukan. Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik
bidan maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua
keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang
berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan.
Adapun rencana asuhan yang dibutuhkan
pasien dalam kasus ini yaitu:
a.
Jelaskan keadaan ibu
saat ini
b.
Anjurkan ibu untuk
melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit
c.
Ajarkan pada ibu
untuk mengatasi gangguan rasa nyaman
d.
Ajarkan pada ibu
untuk senam hamil
e.
Pemenuhan kebutuhan
nutrisi ibu
f.
Jelaskan tentang gizi
ibu hamil
g.
Ajarkan cara minum Fe
h.
Jelaskan tanda-tanda
persalinan
i.
Cara mengurangi rasa
sakit
j.
Jelaskan pengaruh
sering BAK adalah normal
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cunningham FG. 2006. Obstetri
William Vol. 1. Jakarta: EGC. pp: 685-704.
2.
Manuaba prof.dr.ida
bagus Gde ,dkk.2003.pengantar kuliah obstetri,jakarta: buku kedokteran EGC
3.
Prawirohardjo
sarwono.2009.ilmu kebidanan,jakarta:PT bina pustaka.
4.
Yeyeh R
ai,2010.asuhan kebidanan IV patologi,jakarta:trans info media.
Casino Games (Updated 2021) - DrMCD
BalasHapusCasino Games. Our new 의정부 출장안마 review gives you a 과천 출장안마 look at the different games offered, payment methods, 안성 출장샵 and how to play. 화성 출장샵 We'll break 아산 출장마사지 down the games in a minute