Polihidramnion(Hidramnion)
A. Konsep Teoritis Polihidramnion(Hidramnion)
Menurut Rustam Muchtar (1998) penjelasan mengenai hidramnion adalah sebagai
berikut
1.
Definisi
Hidramnion merupakan keadaan
dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter.dimana
normal air ketuban itu adalah 500-1500 ml.
2. Tanda dan Gejala
TANDA :
- Ukuran uterus lebih besar dibanding yang
seharusnya
- Identifikasi janin dan bagian janin melalui
pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
- DJJ sulit terdengar
- Balotemen janin jelas
GEJALA :
- Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut karena
tekanan pada diafragma
- Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun
obstipasi
- Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena
karena pembesaran dari uterus.
- Varises dan hemoroid
- (Nyeri abdomen)
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan ini
sering berlangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti
“meledak” serta rasa mual
Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru Polihidramnion akut atau kronik dapat menyebabkan abortus atau
persalinan preterm.
3. Perjalanan penyakit
1. Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan
air ketuban bertambah secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan,
dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut
2.
Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban
yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya
terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi dari air
ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban yang
normal.
4.
Frekuensi
Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah
cairan 2- 3 liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis
adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih sering kita dapati pada
hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%. Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :
a.
Gemelli atau hamil ganda (12,5%),
b.
Hidrops foetalis
c.
Diabetes melitus
d.
Toksemia gravidarum
e.
Cacat janin terutama pada anencephalus dan
atresia esophagei
f.
Eritroblastosis foetalis
5.
Etiologi
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang
kita ketahui. Secara teori hidramnion terjadi karena :
- Produksi air ketuban bertambah;
yang diduga menghasilkan air
ketuban adalah epitel amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena
cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan
otak pada anencephalus.
- Pengaliran air ketuban terganggu;
Air ketuban yang telah dibuat
dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan
oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk
kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan
seperti pada atresia esophogei, anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa
hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput
sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan
pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini
kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei
hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan
karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan
oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena
luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering
ditemukan placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan
Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa
hidromnion terjadi karena:
a. Prduksi air jernih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan
ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal
dan saluran kencing kongenital
c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga
dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis
d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang
menghasilkan air seni
e. Ada proses infeksi
f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang
menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami
kelumpuhan
g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak
terkontrol
h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
Polihidramnion sering terkait dengan kelainan janin :
- Anensepali
- Spina bifida
- Atresia oesophaguis
- Omphalocele
- Hipoplasia pulmonal
- Hidrop fetalis
- Kembar monosigotik
- (hemangioma)
Polihidramnion sering berkaitan dengan kelainan ibu:
- Diabetes Melitus
- Penyakit jantung
- Preeklampsia
Perkembangan polihidramnion berlangsung secara gradual
dan umumnya terjadi pada trimesteri III
PENATALAKSANAAN
:
Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara lain untuk
melihat penyebab dari keadaan tersebut. Dilakukan
pemeriksaan OGTT untuk menyingkirkan kemungkinan diabetes gestasional. Bila etiologi tidak jelas, pemberian indomethacin
dapat memberi manfaat bagi 50% kasus Pemeriksaan
USG janin dilihat secara seksama untuk melihat adanya kelainan ginjal janin
Meskipun sangat jarang, kehamilan monokorionik yang mengalami
komplikasi sindroma twin tranfusin , terjadi polihidramnion pada kantung
resipien dan harus dilakukan amniosentesis berulang untuk mempertahankan
kehamilan.
6.
Patogenesis
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang
komposisinya sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama
kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui
amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua, janin
mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir pasti proses ini
secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan amnion.karena dalam keadaan
normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwamekanisme ini adalah
salah satu cara pengaturan volume cairan amnion. Teori ini dibenarkandengan
kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila janin tidak dapat
menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas
bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard dan
Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus
hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.Pada
kasus anesefalus dan spina bifida, faktor etiologinya mungkin adalah
meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga
amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila tidak terjadi
gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat
di serebrospinal yang tidak terlindung atau berkurangnya efek antidiuretik
akibat gangguan sekresi arginin vasopressin. Hal sebaliknya telah
jelasdibuktikan bahwa kelainan janin yang menyebabkan anuria hampir selalu
menyebabkanoligohidramnion.Pada hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar
monozigot, diajukan hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian
besar sirkulasi bersama dan mengalami hipertropi jantung, yang pada
gilirannya menyebabkan peningkatan luaran urin pada masa neonates dini,yang
mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan oleh meningkatnya produksi urin
janin.Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga
masih belumdapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa
hiperglikemia janin yangmenimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan
(1994) membuktikan bahwa volumeair ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes
gestasional mencerminkan status glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan
(1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin padawanita diabetik yang
puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang menarik, produksiurin janin
meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai
padawanita diabetes.
7.
Predisposisi
Faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:
1.
Penyakit jantung
2. Nefritis
3. Edema umum
(anasarka)
4. Anomali
kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau
striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus. Dalam hal ini
terjadi karena :
a.
Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
b. Exscressive
urinary secration
c. Tidak
berfungsinya pusat menelan dan haus
d. Transudasi
pusat langsung dari cairan meningeal keamnion
5.
Simpul tali pusat
6. Diabetes
melitus
7. Gemelli
uniovulair
8. Mal nutrisi
9. Penyakit kelenjar
hipofisis
10. Pada
hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
karena itu transudasi menjasdi lebih banyak dan timbul hidromnion
8.
Diagnosis
1) Anamnesis
a. Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari
biasa
b.
Pada yang ringan
keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
c.
Pada yang akut dan
pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan
karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe),
nyeri ulu hati, dan dianosis
d.
Nyeri perut karena
tegangnya uterus, mual dan muntah
e.
Edema pada
tungkai, vulva, dinding perut
f.
Pada proses akut
dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak
2) Inspeksi
a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit
perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar
b. Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan
sionasis, serta terlihat payah membawa kandungannya
3) Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema
pada dinding perut valva dan tungkai
b. Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan
sesungguhnya
c. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena
banyaknya cairan
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa
diraba, maka ballotement jelas sekali
e. Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak
terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin
4) Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika
terdengar sangat halus sekali
5) Rontgen foto abdomen
a. Nampak bayangan terselubung kabur karena
banyaknya cairan, kadang-kadang banyak janin tidak jelas
b. Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk
diagnosa dan untuk menentukan etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali
atau gemelli)
6) Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun
diluar his
7) Pemeriksaan penunjang
·
Foto rontgen (bahaya radiasi)
·
Ultrasonografi
- Banyak
ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi
24-25 cm pada pemeriksaan USG.
- Dari
pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
Mild
hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai
8-11 cm dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang
terjadi.
Moderate
hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai
12-15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
Severe
hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan
berenang dengan bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih
besar. Insiden sebesar 5%.
|
Weeks gestation
|
Fetus (gr)
|
Placenta (gr)
|
Amnionic fluid (ml)
|
Fluid (%)
|
|
16
|
100
|
100
|
200
|
50
|
|
28
|
1000
|
200
|
1000
|
45
|
|
36
|
2500
|
400
|
900
|
24
|
|
40
|
3300
|
500
|
800
|
17
|
From Queenan (1991)
Diagnosa banding
·
Gemelli (kembar)
·
Asites (pengumpulan cairan serosa dalam rongga
perut)
·
Kista ovarium
Kehamilan
dengan tumor
Diagnosis :
1. Anamnesis
2. Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut
mengkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
3. Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah
karena kehamilannya
4. Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini
terjadi karena kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik
(vena) akibat uterus yang terlalu besar
5. Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan
sesungguhnya.
6. Bagian-bagian janin sukar dikenali.
7. Ultrasonografi
Alasan merujuk :
Jika dijumpai diagnosis polihidramnion, maka bidan
harus segera membuat rencana asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan,
tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah
untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan dialami adalah:
Pada Janin :
1. Kelainan kongenital
2. Prematuritas
3. Letak lintang atau tali pusat menumbung
4. Eritroblastosis
5. Diabetes Melitus
6. Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba
Ibu :
1. Solusio plasenta
2. Atonia uteri
3. Perdarahan postpartum
4. Retensio palsenta
5. Syok
6. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus
jadi lama dan sukar
Alur Rujukan :
Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang
mempunyai kapasitas memadai.
Tindakan Selama Rujukan :
1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini
harus dirujuk ke Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk
menganganinya.
2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi
kemungkinan yang tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : bayi
lahir premature, tali pusat menumbung, syok, dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini
akan tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar
tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.
9.
Diagnosa banding
Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih
besar dari kehamilan yang seharusnya, kemunginan:
1)
Hidramnion
2) Gemelli
3) Asites
4) Kista ovarri
5) Kehamilan beserta tumor
6) kehamilan kembar
7) mola hidatidosa
8) kandung kemih yang penuh
10. Prognosis
Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena
:
- Kongenital anomali
- Prematuritas
- Komplikasi karena kesalahan letak anak,
yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung
- Eritroblastosis
- Diabetes melitus
- Solutio placenta jika ketuban pecah
tiba-tiba
Pada ibu:
1. Solutio placenta
2. Atonia uteri
3. Perdarahan post partum
4. Retentio placenta
5. Syok
6. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan
partus jadi lama dan sukar
11. Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
- Waktu
hamil (di BKIA)
a.
Hidromnion ringan
jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis
b.
Pada hidromnion
yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat
sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa
dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah,
lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan
500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan
terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi
pungsi dapat berupa :
1) Timbul his
2) Trauma pada janin
3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4) Infeksi serta syok
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah,
umpamanya janin mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.
- Waktu
partus
a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap
kita menunggu
b. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis
maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan.
Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air
ketuban akan keluar pelan-pelan
c. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba
pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan
tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar
pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta,
syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena
atonia uteri.
- Postpartum
a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post
partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta
sediakan obat uterotonika
b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk
pertolongan perdarahan post partum
c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah
partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup. atau dengan metode terbaru yaitu dengan :
v Amniosentesis
Tujuannya adalah untuk
meredakan penderitaan ibu, dan cukup efektif untuk tujuan ini. Namun
amniosentesis kadang memicu persalinan walaupun hanya sebagian kecil cairan
yangdikeluarkan. Elliot dan kawan-kawan (1994) melaporkan hasil-hasil dari 200
amniosentesis pada94 wanita dengan hidramnion. Kausa umum adalah transfusi
antar kembar (38 %), idiopatik (26%), anomali janin (17 %) dan diabetes (12%).
Cara melakukan amniosentesis
adalah dengan memasukkan sebuah kateter plastik yangmenutupi secara erat sebuah
jarum ukuran 18 melalui dinding abdomen yang telah dianestesilokal ke dalam
kantung amnion. Jarum ditarik dan set infus intravena disambungkan ke
kateter.Ujung selang yang berlawanan diturunkan ke dalam sebuah silinder
berskala yang diletakkansetinggi lantai dan kecepatan aliran air ketuban
dikendalikan dengan klem putar sehinggadikeluarkan sekitar 500 ml/jam. Setelah
sekitar 1500-2000 ml dikeluarkan, ukuran uterus biasanya cukup berkurang
sehingga kateter dapat dikeluarkan. Dengan menggunakan teknik aseptik
ketat, tindakan ini dapat diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang
bersangkutan merasanyaman. Elliott dan kawan-kawan (1994) menggunakan penghisap
di dinding dan mengeluarkan1000 ml dalam 20 menit (50 ml/menit).
v Terapi Indomestasin
Dalam ulasan terhadap beberapa
penelitian, Kramer dan kawan-kawan (1994) menyimpulkan bahwa indometasin
mengganggu produksi cairan paru atau meningkatkan penyerapannya,mengurangi
produksi urin janin, dan meningkatkan perpindahan cairan melalui selaput
janin.Dosis yang digunakan oleh sebagian besar peneliti berkisar dari 1,5 – 3
mg/kg/hari. Cabrol dankawan-kawan (1987) mengobati 8 wanita dengan hidramnion
idiopatik sejak usia gestasi 24-35minggu dengan indometasin selama 2-11 minggu
Hidramnion, yang didefinisikan
sebagai minimal 1 kantung cairan ukuran 8 cm, membaik pada semua
kasus. Tidak terjadi efek samping serius dan hasil semua kasus baik. Kirshon
dankawan-kawan (1990) mengobati 8 wanita (3 kembar) dengan hidramnion dari minggu
ke 21sampai ke 35. Pada seluruh wanita ini, dilakukan 2 amniosintesis
terapeutik sebelum indometasindiberikan. Dari 11 janin, 3 kasus lahir mati
berkaitan dengan sindrom transfusi antar kembar dansatu neonates meninggal pada
usia 3 bulan, 7 bayi sisanya normal.
Mamopoulus dan kawan-kawan
(1990) mengobati 15 wanita, 11 mengidap diabetes yangmengalami hidramnion pada
gestasi 25 – 32 minggu. Mereka diberi indometasin dan volumecairan amnion pada
semua wanita ini berkurang, dari rata-rata 10,7 cm pada gestasi 27
minggumenjadi 5,9 cm setelah terapi. Hasil akhir pada seluruh neonatus baik. Kekhawatiran utama pada penggunaan indometasin
adalah kemungkinan penutupan duktusarteriosus janin. Moise dan kawan-kawan
(1988) melaporkan bahwa 50% dari 14 janin yangibunya mendapat indometasin
mengalami konstriksi duktus seperti dideteksi oleh ultrasonografiDoppler. Studi
– studi yang dijelaskan sebelumnya tidak menemukan adanya konstriksi menetapdan
penyulit ini juga belum pernah dijelaskan dalam studi-studi yang memberikan
indometasinuntuk tokolitik.
B.
KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan
adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen
kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dan memberikan arah/kerangka
dalam mengenai kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengertian manajemen
menurut beberapa sumber:
a. Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai
dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
b. Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan
pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakuakan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
c.
Menurut Helen Varney
(1997)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasiakan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian/ tahapan yang logis dalam pengambilan keputusan berfokus kepada
klien.
Menurut Hellen Varney, ia
mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 loangakah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari
pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi
yang sangat penting dalam asuahn yang mandiri, kolaborasi dan melakukan
rujuakan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini
tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan
kebidanan perinatal dan merujuk kasus.
Praktek kebidanan telah
mengalami perluasan peran dan fungsi dari fokus terhadap ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisifasi
tuntutan kebutuahan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan
kesehatan reproduksi senjak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre
konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuahan pre dan post
menopouse, sehingga hal ini merupakan suatu tangtangan bagi bidan.
Langkah-langkah:
I.
Mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
II.
Menginterpretasikan data
untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya.
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan
kondisi klien.
V. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat
dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
VI. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan
mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Langkah-langkah dalam
penatalaksnaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat
mengenai langkah-langkah tersebut mungkinakan lebih memperjelas proses
pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi pada langkah ini. Penulis
membatasi hanya pada kasus POLIHIDRAMNION.
Ketujuh langkah tersebut
adalah:
Langkah I : PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan,
bidan perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter. Tahap ini
merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan
valid.
Bidan harus mengkaji
ulang data yang sudah dikumpulkan untuk menilai ketepatan, kelengkapan dan
keakuratan.
Data-data yang dikumpulkan
1.
Data subjektif
a.
Biodata atau identitas
klien dan suami
-
Nama ibu/ suami : membedakan antara pasien satu dengan yang
lain
-
Umur ibu/ suami : mengetahui faktor resiko
-
Kebangsaan : memudahkan dalam
berkomunikasi
-
Agama : memudahkan penanganan sesuai dengan kepercayaan pasien dan dapat memberi penyuluhan yang tidak
bertentangan dengan agama pasien
-
Pekerjaan : mengetahi status ekonomi dan
aktivitas pasien
-
Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan ibu sehingga
bisa meyesuaikan dalam pemberian penyuluhan
-
Alamat kantor : mengetahui dimana pasien
bekerja
-
Alamat rumah : mengetahui apakah rumah
ibu jauh dari tempat pelayanan kesehatan
atau tidak sehingga apabila terjadi sesuatu pada ibu, ibu bisa langsung
mendapatkan pelayanan segera.
-
Nomor telepon : memudahkan menghubungi ibu.
b. Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau
datang ketempat pelayanan kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama yang
mungkin ditemui: Ibu mengatakan :
- perutnya lebih berat dan
lebih besar dari biasanya
- mengeluh sesak nafas
- mual muntah
- nyeri pada ulu hati dan
perut karena tegangnya uterus
c.
Riwayat kesehatan
-
Lalu : mengetahui kemungkinan pasien ada menderita
penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
-
Sekarang : mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit
jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, TBC.
Yang harus diperhatikan yaitu penyakit jantng dan
diabetes melitus karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
v Jantung
Berhubungan dengan
sirkulasi darah, jika sirkulasi ibu terganggu maka sirkulasi janin juga akan
terganggu.hipotesis mentakan bahwa janin merampas sebagian besar sirkulasi ibu
sehingga megamlami hipertropi sehingga menigkatkan pengeluaran urin pada masa
neonatus dini yang mengisyaratkan bahwa hidramnion terjadi karena peningkatan
produksi urin.
v DM
Hidramnion yang sering
terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat
diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin
yangmenimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan
bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional
mencerminkan status glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994)
melaporkan peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetik yang puasa
dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang menarik, produks iurin janin
meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai
padawanita diabetes.
-
Keluarga : mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga
ada yang menderita penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan
kembar.
d. Riwayat menstruasi
Mengetahui tingkat kesuburan ibu
-
Menarche : mengetahui kapan ibu haid pertama kali
-
Siklus : mengetahui keteraturan haid
-
Lama : merupakan dalah satu indikator tingkat
kesuburan ibu
-
Banyak nya : berapa kali ibu mengganti duc dalam satu hari
-
Dismenore : mengetahui
apakah ibu mengalami kesulitan selama hamil khususnya rasa nyeri pada saat
datangnya haid.
-
HPHT : mengetahui kapan ibu mulai hamil dan
menentukan usia kehamilan ibu.
-
TP : mengetahui tafsiran
persalinan sehingga sebelum hari- H datang, ibu dan suami serta keluarga telah
mempersiapkan segala kebutuhan ibu dan bayi.
e. Riwayat pernikahan
-
Status pernikahan : mengetahui keadaan psikologis ibu
-
Lama pernikahan
-
Usia menikah
(mengetahui kematangan reproduksi ibu dan kesiapan
fisik, mental, emosional).
f. Riwayat kehamilan, persalinan , nifas yang lalu.
-
Kehamilan, mengetahui apakah ibu ada mengalami mual dan muntah,
tidak nyaman diperu dan djj sulit ditentukan, berapa kali ibu melakukan
pemeriksaan ANC, serta mengetahui apakah ibu ada mendapatkan imunisasi TT.
-
Persalinan, mengetahui
tempat persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan,dan penyulit dalam
persalinan.
-
Anak, mengetahui jenis
kelamin,berat badan anak.
-
Nifas , mengetahui
bagaimana prses laktasi dan apakah ada penyulit selama proses menyusui,
involusi uterus serta lochea.
g. Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan klien merasa mual, muntah
Sesak nafas dan tdak nyaman diperut
Gangguan pencernaan
Oedema
Nyeri abdomen
Ukuran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
(megindikasikan trjadinya polihidramnion)
h. Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa
masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk
berhenti memakai kontrasepsi.
i.
Data psikososial dan
spiritual
Mengetahui bagaimana hubungan ibu dan suami keluarga
serta tetangga, apakah lingkungan ibu mendukung kehamilannya karena ini sangat
berpengaruh terhadap mental ibu menjalani kehamilaannya.
Mengetahui bagaimana kebiasaan berobat klien, apakah
ke nakes atau non nakes, serta bagaimana hubungan ibu dengan Allah SWT, apakah
ibu ada sholat atau tidak.
j.
Pengetahuan klien tentang
penyakit yang dideritanya
Mengetahui
seberapa jauh ibu memahami dan mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya(polihidramnion), tanda dan gejala, serta cara mengatasinya.
k. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
v Nutrisi
-
Makan : mengetahui apa
saja jenis, porsi,frekwensi,pantangan dan masalah dalam pemenuhan makan ibu
sehingga kita bsa menilai bagaimana status nutrisi ibu.
-
Minum: mengetahui jenis,
frekuensi, jumlah dan malasalh dalam pemenuhan kebutuhan cairan sehingga kita
bisa menilai bagaimana kondisi cairan
dan elektrolit ibu aoakah tepenuhi atau tidak.
v Eliminasi
-
BAB: mengetahui
frekuensi,konsistensi,warna, bau dan masalah pada BAB ibu sehingga bidan bisa
melakukan intervensi yang tepat
-
BAK: mengetahui
frekwuensi, jumlah, bau dan masalah dalam buang air kecil. Apabila ada masalah
bisa dilakukan skrining lebih awal.
v Istirahat
-
Mengetahui berapa jam ibu
tidur siang dan malam,gangguan tidur serta masalah sehingga bidan bisa
mengeathui bagaimana pola pemenuhan istirahat pasien : kemungkinan ditemukan: pasien mengalami gangguan tidur
dan masalah tidak nyaman
v Personal higiene
-
Mengetahui berapa kali
ibu mandi sehari, keramas, menggosok gigi,ganti pakaian ibu serta masalh.
v Aktifitas
Mengetahui denagn adanya olihidramnion ini apakah ibu
masih dapat melaukan aktifitas seperti biasa atau tidak.
2.
DATA OBJEKTIF
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus.
a. Pemeriksaan umum
Secara teoritis mungkin ditemukan dalam keadaan baik.
-
Keadaan umum : mengetahui apakah ibu bisa bekerja sama dengan tenaga
kesehatan atau tidak.
-
TTV(TD,N,P,S) : mengetahui keadaan ibu dalam batas normal atau tidak
-
TB, BB, LILA : mengetahui kebutuhan gizi ibu
b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan yang dilakukan secara head to too.
-
Inspeksi (periksa pandang)
Yang dinilai adalah bentuk tubuh normal.
·
Kepala, apakah ada massa atau tidak,bagaimana
kebersihannya,warna rambut, distribusi rambut.
·
Muka, simetris atau tidak, apakah ada closmagravidarum,warna
serta oedema.
·
Mata , menilai bagaimana kedaan conjunktiva,sklera,serta
oedema palpebra.
·
Hidung, menilai bagaimana
bentuk dan kebersihannya.
·
Telinga,menilai bagaimana
bentuk,pendengaran dan pengeluarannya.
·
Mulut, menilai bagaimana keadaan bibir, lidah, gusi seta gigi apakah ada caries.
·
Leher,pemeriksaan
kalenjer tiriod dan limfe serta vena jugularis.
·
Payudara/dada, menilai
bentuk payudara,apakah ada bekas OP, papilla mammae menonjol atau tidak,apakah
areola mammae hiper[igmentasi, masaa ada atau tidak, masalah.
·
Abdomen, menilai
bagaimana pembesaran perut(apakah sesuai usia kehamilan atau tidak), dari kasus polihidramniomn ini ditemukan
pembesaran perut tidak sesuai dengan umur kehamilan,kelihatan perut sangat
buncit dan tegang,kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas,kadang-kadang
umbilikus mendatar.Menilai apakah ada bekas OP , beraa TFU, serta menilai
apakah ada masalah pada abdomen ibu. Dalam
kasus polihidramnion ini kemungkinan ibu mengeluh bahwa ada masalah pada
perutnya yaitu perutnya lebih berat dan lebih besar dari biasanya,nyeri tekan
karena tegangnya uterus serta adanya oedema pada abdomen.
Ektremitasbawah/atas, menilai bagaimana bentuk
tungkai, apakagh ada varises, oedema serta reflek patella.Dari kasus hidramnion ini ditemukan ada oedema.
Genitalia eksterna,menilai bagaimana kebersihannya,
apakah ada varises pengeluaran, masalah serta oedema. Pada kasus hidramnion ini ditemukan adanya oedema pada vulva.
-
Palpasi(periksa raba)
Menggunakan
cara leopold,kemungkinan hasil yang didapatkan:
-
Auskultasi
Kemungkinan djj sukar didengar/ terdengar halus.
-
Perkusi, reflek paella
positif ki/ka
c. Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba menonjol meskipun diluar his.
d. Pemeriksaan penunjang
-
Laboratorium : HB, protein urin, reduksi.
-
USG : nampak bayangan
terselubung kabut karena banyaknya cairan, kadang bayangan janin tidak jelas.
LANGKAH II : INTERPRETASI
DATA DASAR
Pada langkah ini, bidan
melakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang
akurat terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Perasaan takut tidak
termasuk dalam kategori nomenklatur standar diagnosis tetapi akan menciptakan
masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan rencana untuk
mengurangi rasa takut.
Diagnosisi kebidanan
adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar nomenklatur
diagnosis kebidanan:
1. Diakui dan
telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan
langsung dengan praktik kebidanan
3. Memiliki ciri
khas kebidanan
4. Didukung oleh
Clinical Judgement dalam praktik kebidanan
5. Dapat
diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan.
Berdasarkan kasus
polihidramnion, maka kemungkinan interpretasi datayang timbul adalah:
- Diagnosa
Ny ....umur....G..P..A..H..gravid....minggu, janin
hidup,tunggal intrauterin, KU ibu....dengan polihidramnion.
Dasar
Data subjektif
-
Ibu mengatakan
umurnya......
-
Ibu mengatakan
hamil.....bulan
-
Ibu mengatakan perutnya
lebih besar dan berat dari biasanya
-
Ibu mengatakan mual
muntah
-
Ibu mengatakan sesak
nafas dan nyeri pada ulu hati serta perut karena tegangnya uterus.
Data objektif
-
Ku ibu .....
-
Hb.....
-
USG.....
- Masalah
-
Nyeri pada ulu hati dan
sesak
Dasar: menegangnya uterus dan banyaknya cairan amnion.
- Kebutuhan
-
Pertahankan keadaan umum
ibu
-
Istirahat yang cukup
Dasar: agar keadaan umum ibu tidak lemah
-
Kurangi aktifitas
Dasar: agar ibu merasa aman dan nyaman
-
Penuhi gizi selama
kehamilan.
Dasar:agar kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi, agar janin
tumbuh kembang dalam keadaan yang baik.
LANGKAH III : DIAGNOSA/
MASALH POTENSIAL
Pada langkah ini, bidan
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa
atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila kemungkinan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siapmencegah diagnosa dan masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Contoh:
Seorang wanita dengan
pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan
penyebab pembesaran uterus yang berlebihan (misalnya polihidramnion, besar dari
masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian
bidan harus melakukan perencanaan untuk mengantisipasinya dan bersiap terhadap
kemungkinan terjadi perdarahan pascapartum yang disebabkan atonia uteri karena
perbesaran uterus yang berlebihan.
Pada langkah ke-3 bidan
dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Bidan harus mengkaji
ulang apakah diagnosa atau maslah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Kemungkinan diagnosa potensial yang timbul:
Pada ibu
-
Solusio plasenta
Dasar: solusio plasenta merupakan terlepasnya plsenta
sebelum waktunya. Polihidramnion ini menyebabkan regangan yang kuat pada uterus
sehingga kmungkinan bisa menyebabkan terjadinya solusio plasenta.
-
Atonia uteri
Dasar: atonia uteri merupakan kegagalan dari proses
kontrak si uteri (mometrium). uterus menajdi lunak dan pembuluh darah pada daerak
perlekatan plasenta terbuka lebar yang bisa menyebabkan perdarahan.polihidramnion
merupakan salah satu penyebab uterus meregang melebihi normal sehinngga
terjadilah atonia uteri.
-
Perdarahan post partum
Dasar: perdarahan pospartum ini salah satunya disebabkan
oleh atonia uteri, dan atonia uteri merupakan kegagalan proses kontraksi uterus
yang menyebabkan perdarahan. Dan atonia uteri ini disebabkan oleh
polihidramnion.
-
Partus lama
Dasar: air ketuban yang banyak menyebabkan kesalahan-
kesalahan letak janin seperti letak lintang, sehinngga proses persalinan menjadi memanjang.
-
Syok
Dasar: apabila terjadi perdarahan pada ibu setelah persalinan,kemungkinan dapat menyebabkan ibu syok.
Dasar: apabila terjadi perdarahan pada ibu setelah persalinan,kemungkinan dapat menyebabkan ibu syok.
-
Retensio plasenta
Dasar: gangguan pelepasan plasenta(terlepasnya
sebagian plasenta) yang menyabkibatkan
perdarahan pada ibu. Ini merupakan salah satu akibat terjadinya hidramnion pada
ibu.
Pada janin
-
Prematuritas
Dasar: peregangan yang kuat pada uterus menyebabkan ketuban pecah
sebelum waktunya yang menaykibatkan terjadinya bayi lahir orenatur.
-
Kesalahan letak
Dasar: kebebasan abnak bergerak karena hidramnion.
LANGKAH IV : Menetapkap Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan
Kondisi Klien.
Data baru mungkin saja
dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang
gawat dimana Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan tau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada saat
wanita tersebut dalam persalinanbidan bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak.
Dari data yang
dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi
lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu
seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau ahli
seorang perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan
kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Pada penjelasan diatas
menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas
masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan
tindakan yang perlu dilakuakan untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah
potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera
yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri secara kolaborasi
atau rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Dalam kasus ini tindakan segera yang dilakukan adalah:
-
Periksa keadaan umum ibu
-
Periksa kesejahteraan janin
LANGKAH V
: INTERVENSI (MENYUSUN RENCANA ASUKAN
YANG MENYELURUH)
Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap maslah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa-apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah
psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan.setiap rencana
asuhan haruslah disetujui olehkedua pihak.yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
di laksanakan dengan efektif karena kline juga akan melaksankan rencana
tersebut.oleh karena itu, pada rangka ini adalah tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya.
Semua keputusan yang di
kembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan oleh klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan
sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
Perencanaan
yang munkin dilaukan antara lain:
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan
janin saat ini
a. Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan
janin saat ini dalam keadaan baik
b.
Beritahu keluarga
bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif
Dasar :agar diketahui perkembangan ku ibu dan janin
2. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan
mengurangi aktifitas / pekerjaan yang berat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat dan cukup tidur 8
jam sehari
b.
Anjurkan ibu untuk
tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan sebelum hamil.
Dasar :agar keadaan umum ibu tidak lemah dan ibu merasa
nyaman.
c. Anjurkan ibu untuk tetap rileks dan tenang
menghadapi kehamilannya saat ini
dasar: agar tidak terjadi fetal distres pada janin, karena apabila ibu cemas dapat menyebabkan penagruh yang buruk pada janinnya.
dasar: agar tidak terjadi fetal distres pada janin, karena apabila ibu cemas dapat menyebabkan penagruh yang buruk pada janinnya.
d.
Anjurkan ibu untuk
istirahat baring dalam keadaan setengah duduk atau miring ke kiri
Dasar : agar ibu merasa nyaman dan
tidak merasa sesak karenan dalam kedaan polihidramnion apabila ibu tidur
terlentang maka dapat menyebabkan sesak.
3. Anjurkan ibu untuk mengatur pola makan
a. Anjurkan ibu untuk diet rendah garam
b.
Anjurkan ibu untuk
makan 3 kali sehari dengan nutrisi yang cukup
c.
Anjurkan ibu untuk
makan makanan yang berserat
dasar: agar kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi.
4. Libatkan suami dan keluarga dalam kehamilan ibu
saat ini
a. Libatkan keluarga untuk selalu memberikan
dukungan pada ibu
b.
Beritahu keluarga
untuk dapat meyakinkan kondisi ibu dan janinnya baik-baik saja
c.
Persiapkan ibu
dalam menghadapi semakin bertambahnya usia kehamilannya
Dasar: untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu.
5. Observasi keadaan umum, pembesaran perut dan
kenaikan berat badan ibu
a. Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan
polihidramnion
b. Pantau keadaan ibu dan janin agar dapat dideteksi
dini adanya komplikasi
c.
Anjurkan ibu untuk
datang kembali dan memeriksakan kehamilannya dalam 1 minggu mendatang atau bila
ada keluhan
6. Evaluasi perkembangan psikologis dan kejiwaan ibu
a. Evaluasi perkembangan kecemasan dan kekhawatiran
ibu terhadap janinnya
b.
Meyakinkan ibu
bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat
7. menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya
secara teratue
8. Memberi penjelasan tentang keluhan sesak, nyeri,
mual dan muntah yang dialami ibu
9. pantau perkembangan janin dengan USG
10. kolaborasi dengan dokter kandungan.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. Sinopsis
obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC, 1998.
Prawirhadjo, Sarwono . Ilmu Kebianan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008, hal;588-595
Sastrawinata,S.dkk.2004.obsetri patologi.jakarta:ECG
Sastrawinata, S. 2005. obsetri
patologi. bandung: bagian obsetri dan gynekologi. FK.UNPAD. Edisi
ke-2.jakarta: ECG
![]() |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar